
Dari Readaksi, Pentingnya Kesehatan Mental untuk Semua
Sigmund Freud mengatakan bahwa semakin kompleks sebuah peradaban, maka semakin besar pengorbanan psikologi umat manusia untuk menjalaninya. Hal ini terjadi akibat harus ditekannya impuls alamiah manusia sebagai mahluk berhadapan dengan perkemabngan sosial dan budaya yang memaksa manusia untuk menahan impulsnya. Di sisi lain, WHO ( Badan Kesehatan Dunia ) menyerukan untuk semakin mengintegrasikan pelayanan kesehatan mental dalam pelayanan kesehatan secara keseluruhan, terutama untuk negara berkembang. Partanyaannya adalah bagaiamana dengan pelayanan dan penanganan kesehatan mental di Indonesia?
Secara demografi kesehatan mental di Indonesia mengahadapi ketimpangan antara tenaga pelayanan, psikiater dan psikolog serta perawat kesehatan mental dan fasilitas kesehatan mental, mislanya untuk fasilitas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) hanya ada 48 RSJ di seluruh Indonesia dengan kamar rawat jiwa sekitar 1.000 kamar inap, dan 70 % fasilitas tersebut terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Sumatra. Walaupaun secara keseluruhan Indonesia mulai meninggkat dalam perhatian kepada masalah kesehatan mental, namun data statistik tadi masih menggambarkan jurang menganga antara perhatian dan faislitas yang ada dengan masalah mental yang dihadapi masyarakat.
Dari peningkatan perhatian tersebut kita bisa menyebutkan bahwa ada bebarapa trend posistif, misalnya ada trend mengurangi stigmatisasi atas masalah gangguan mental seperti stres dan depresi ketika pesohor seperti Marshanda dan Gita Gutawa membicarakan masalah tersebut di ruang publik, dan itu seharusnya menjadi hal positif, karena memang masalah kesehatan mental merupakan masalah hampir setiap orang yang perlu dibicarakan secara proporsisonal dan terbuka. Di sisi lain masih banyak orang yang mengalami masalah kesehatan mental yang enggan membicarakannya atau tidak memahami masalahnya.
Ada dasar pemikiran mengapa WHO lebih menekankan pada negara berkembang, walaupun apada akhirnya kita menyadari bahwa soal kesehatan mental bukan hanya menyangkut penduduk di negara berkembanga, karena dari pengalaman kita menghadapi pandemik global Covid 19, kita melihat bahwa ternyata penduduk negara maju juga mengalami kalau tidak dikatakan lebih menderita secara mental dibanding negara berkembang. Namun penekanan pada negara berkembang kita bisa pahami karena dari data soal sumbardaya pelayanan kesehatan mental memang sangat minim untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Diperlukan langkah kongrit untuk menghadapi masalah ini, karena kita juga mendapati adanya gejala sosial yang cukup memprihatinkan di Indonesia, misalnya soal maraknya korupsi, masalah kecanduan narkoba, judi online, masalah kesehatan ekonomi terkait dengan maraknya pinjaman online, hal itu dan hal-hal buruk lainnya secara sosial dan individu, jika itu dianggap penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan mental, maka memang Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental yang kronis dan akut.
Itulah sebabnya redaksi memilih thema ini untuk mengdapatkan perhatian kita semua, karena akhirnya kita dipaksa untuk menyadari bahwa saol kesehatan mental rakyat, secara individu dan sosial menjadi sangat penting ketika kita menyerukan peningkatan pembangunan Indonesia, yang di dalamnya terkandung membangun oleh dan untuk rakyat, maka soal kualitas manusia Indonesia tidak bisa ditawar-tawar lagi, salah satu yang sangat penting justru yang sering kita abaikan, karena memang tidak terlihat secara fisik yakni soal kesehatan mental individu dan soaial bangsa Indonesia. (Red)